Demo Palestina Amerika
Rezim Assad Runtuh, Utusan Khusus PBB Serukan Keadilan di Suriah, Bukan Aksi Balas Dendam
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
© 2024 Trans Media, CNN name, logo and all associated elements (R) and © 2024 Cable News Network, Inc. A Time Warner Company. All rights reserved. CNN and the CNN logo are registered marks of Cable News Network, Inc., displayed with permission.
TEMPO.CO, Jakarta - Terjadi lagi bentrok demo mahasiswa Pro-Palestina dan pro-Israel. Terbaru, terjadi di Universitas California Los Angeles (UCLA), Amerika Serikat, pada Ahad, 28 April 2024.
Bentrok tersebut bermula ketika pengunjuk rasa pro-Israel memprovokasi kubu pro-Palestina, sehingga kedua pihak adu jotos.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Seorang pendukung pro-Israel melontarkan komentar cacian kepada pengunjuk rasa mahasiswa pro-Palestina yang melanjutkan demonstrasi mendukung Palestina. Mulanya, orang tersebut membawa bendera Israel dan AS.
Kemudian, mencoba membangunkan orang-orang Kamp Solidaritas Gaza di kampus di Los Angeles pada tengah malam, menurut rekaman yang diposting di media sosial. Sebelumnya, perkemahan tersebut didirikan oleh mahasiswa UCLA untuk menentang perang Israel yang sedang berlangsung terhadap wilayah Palestina di Gaza.
Kata-kata KomunisPendukung Israel itu dilaporkan mendekati tenda pendukung pro-Palestina sekitar pukul 04.30, berteriak "Bangun, komunis", serta memutar audio yang mengejek di ponselnya.
Aksi salah seorang pendukung Israel itu dipantik meluasnya jumlah protes pro-Palestina di kampus-kampus AS dan para mahasiswa semakin vokal menyuarakan keresahannya di tengah agresi Israel di Gaza.
“Pagi ini, sekelompok demonstran melanggar penghalang yang dibuat universitas untuk memisahkan dua kelompok pengunjuk rasa di kampus kami, yang mengakibatkan pertengkaran fisik,” kata Wakil Rektor Komunikasi Strategis UCLA Mary Osako dalam sebuah pernyataan.
Dilansir dari Reuters, setelah bentrok tersebut, pada Rabu, 1 Mei 2024, ratusan petugas polisi berkumpul di kampus UNLA dan menggerebek Kamp Solidaritas Gaza yang didirikan oleh mahasiswa pro-Palestina. Sebelumnya, pasca bentrok, pihak UCLA menyatakan bahwa perkemahan itu melanggar hukum.
Ratusan aktivis pro-Palestina berkumpul di luar tenda dan mencemooh polisi. “Kamu memalukan,” teriak meraka. Beberapa aktivis juga menabuh genderang dan mengibarkan bendera Palestina. Ketika petugas berjalan menuju halaman kampus. Banyak pengunjuk rasa mengenakan syal keffiyeh tradisional Palestina.
Sebelum bergerak masuk, polisi menggunakan pengeras suara mendesak para demonstran untuk membersihkan area protes di alun-alun berumput antara auditorium menara kembar Royce Hall dan perpustakaan sarjana utama.
Menurut pejabat UCLA, sebelum terjadi bentrok, Kamp Solidaritas Gaza sebagian besar berlangsung damai. Ia juga mengatakan pihaknya akan mencari penghasut atau provokator bentrok tersebut.
Pada Selasa, 30 April 2024, polisi di New York sempat menangkap aktivis pro-Palestina yang menduduki sebuah gedung di Universitas Columbia, Mereka juga membongkar kamp solidaritas Palestina dari kampus Ivy League.
Polisi juga sempat menangkap sekitar 300 orang di Columbia dan City College of New York, kata Walikota New York, Eric Adams. Banyak dari mereka yang ditangkap didakwa melakukan pelanggaran dan kejahatan kriminal.
Gejolak di UCLA dan New York adalah bagian dari aktivisme mahasiswa AS yang terbesar sejak demonstrasi dan pawai anti-rasisme pada tahun 2020. Protes tersebut menyusul serangan pada 7 Oktober di Israel selatan oleh militan Hamas dari Jalur Gaza dan serangan Israel berikutnya terhadap wilayah kantong Palestina.
Para pelajar telah berunjuk rasa atau demo mahasiswa dengan mendirikan tenda di puluhan kampus di seluruh AS dalam beberapa hari terakhir, menyatakan penolakan mereka terhadap serangan Israel ke Gaza dan menuntut agar sekolah-sekolah tersebut divestasi dari perusahaan-perusahaan yang mendukung pemerintah Israel. Banyak sekolah telah memanggil polisi untuk meredam protes.
MICHELLE GABRIELA (MAGANG PLUS) | REUTERS | NBC LOS ANGELES | ANADOLUPilihan editor: Demo Mahasiswa Amerika: Stop Investasi Kampus di Israel
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dapatkan Berita Terkini khusus untuk anda dengan mengaktifkan notifikasi Antaranews.com
Video: Palestina Tolak Rencana Israel Bangun Zona Penyangga di Gaza
Perusahaan yang dicatut
Sebuah investigasi yang diterbitkan oleh Program Aktivisme Ekonomi dari American Friends Service Committee (AFSC) menuliskan empat perusahaan yang terang-terangan mendukung Israel.
Perusahaan pertama yang dicatut adalah Cisco. Raksasa teknologi Amerika Serikat (AS) itu disebut menjalin kemitraan jangka panjang dengan Israel pada tahun 2018 untuk mengembangkan pusat kerja bersama guna membantu mengintegrasikan kota-kota kecil dan daerah terpencil ke dalam industri teknologi tinggi Tel Aviv.
Beberapa dari pusat-pusat ini setidaknya sebagian didirikan di "Palestina dan Suriah yang diduduki" seperti pendudukan Israel di Tepi Barat (Palestina) dan Dataran Tinggi Golan (Suriah) yang dipandang ilegal menurut hukum internasional.
Lalu ada Lockheed Martin, yang merupakan perusahaan militer terbesar di dunia. Perusahaan itu memasok senjata kepada pemerintah Israel.
"Selain itu, senjata tersebut terkadang diberikan kepada Israel melalui program Pembiayaan Militer Luar Negeri pemerintah AS," demikian temuan penyelidikan AFSC.
Setelahnya, raksasa alat berat Caterpillar juga disebutkan terlibat dalam dukungan kepada Israel melalui program pembiayaan AS. Militer Israel secara rutin menggunakan bulldozer D9 Caterpillar untuk menghancurkan properti warga Palestina.
Kemudian, AFSC menemukan mesin dan tenaga listrik serta sistem mekanis yang dibuat General Electric telah diintegrasikan ke dalam jet tempur, helikopter serang, dan pesawat pengintai militer Israel.
Apa itu divestasi dan hubungannya dengan Israel?
Mengutip situs web Cornell Law School, divestasi adalah proses di mana suatu organisasi menjual saham, aset, atau investasi lainnya karena alasan politik, etika, atau keuangan. Dalam konteks universitas, melakukan divestasi berarti menarik investasi pada perusahaan tertentu yang didanai oleh dana abadi universitas.
Divestasi telah menjadi salah satu tuntutan gerakan skala global, gerakan Boikot, Divestasi dan Sanksi (BDS). Ini merupakan sebuah upaya internasional yang menyerukan boikot terhadap perusahaan-perusahaan yang dituduh terlibat dalam pendudukan wilayah Palestina, perang di Gaza, dan melanggar hukum internasional.
Dampak protes pada divestasi
Christopher Marsicano, asisten profesor studi pendidikan di Davidson College di North Carolina, mengatakan divestasi ini sangat sulit dilakukan. Ini disebabkan andil atau saham perusahaan itu yang besar justru terkait dengan Israel.
Marsicano juga menambahkan bahwa divestasi mungkin tidak akan memberikan banyak dampak ekonomi terhadap dana abadi universitas atau perekonomian Israel. Namun dampak politiknya bisa lebih signifikan.
"Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah menyebutkan protes mahasiswa di universitas-universitas Amerika secara terbuka. Jelas bahwa protes ini telah menarik perhatian pemerintah Israel dan memberikan tekanan pada para pemangku kepentingan untuk mendukung gencatan senjata," kata Marsicano.
Saksikan video di bawah ini:
Kumpulan Berita Demo Palestina Terbaru Dan Terkini
Jum'at, 29 November 2024 | 19:17 WIB
Entertainment | 06:25 WIB
Partner Bandung | 21:16 WIB
Entertainment | 20:01 WIB
Pengunjuk rasa yang membawa bendera Palestina menyuarakan kemarahan atas serangan Israel di Gaza dan Tepi Barat yang diduduki, serta menyoroti korban sipil, termasuk anak-anak, akibat kekerasan tersebut
Arie Untung dan Fenita Arie menjadi peserta aksi untuk mendukung warga Palestina yang tengah menghadapi agresi militer Israel.
Kawanan burung terekam terbang dalam demonstrasi Palestina di beberapa negara.
Jakarta, CNBC Indonesia - Aksi unjuk rasa mahasiswa yang menunjukan solidaritas terhadap Palestina mulai menggema di seluruh dunia.
Mereka tergerak setelah Tel Aviv melancarkan serangan ke wilayah kantong Palestina, Gaza, yang saat ini telah menewaskan hingga lebih dari 34.000 warga sipil.
Secara rinci, hampir seluruh mahasiswa terus meneriakkan gerakan agar perguruan tinggi melakukan divestasi dari perusahaan yang mendukung Israel.